Thursday 14 August 2014

Beribadah Apa Adanya | Jangan Berlebihan Menyanjung Uje

BAB SATU

Beribadah Apa Adanya

      Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah. Kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan-Nya, serta memohon perlindungan-Nya dari keburukan jiwa dan kejelekan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi petujuk oleh Allah, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Begitu pula sebaliknya, barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang patut diibadahi (disembah) selain Allah, Yang Maha Esa, yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Utusun-Nya. Allah SWT Berfirman:


      “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Islam (tawakkal/ pasrah/ taat).” [QS Ali Imran, surat ke 3 ayat ke 102]

      Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah (Al-Quran), dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW (Al-Hadits), dan seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan (ditambah-tambah atau dibuat sendiri). Setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.

      Para pembaca yang semoga selalu dirahmati Allah, bagi siapapun yang ingin menjadi Muslim Sejati, Muslim yang sebenar-benarnya, dia harus beramal ibadah dengan benar. Ibadah bisa dikatakan benar kalau ada dalil atau dasarnya dari Al-Quran dan As-Sunnah/ Hadits. Amal ibadah apapun, jika tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, tidak akan diterima di sisi-Nya. Kita harus tahu dua hal yang menjadi syarat diterimanya amal ibadah. Pertama, amal ibadah itu harus kita lakukan dengan ikhlas. Kedua, amal yang kita lakukan itu diperintahkan atau dicontohkan oleh Nabi SAW.

      Dua hal di atas tak terpisahkan. Dua hal di atas menjadi syarat mutlak diterimanya amal ibadah kita. Jadi kalau diantara kita ada yang hanya mengerjakan satu saja, maka kita tidak akan meraih apapun selain kelelahan. Kita sudah beramal persis dengan yang dicontohkan Rasulullah SAW, namun kita melakukannya tidak atau belum ikhlas karena Allah. Kita melakukannya karena masih mengharapkan kenikmatan-kenikmatan dunia. Demikian pula sebaliknya. Kita sudah berusaha beribadah dengan seikhlas-ikhlasnya. Kita sudah berusaha beribadah hanya mengharapkan ridha Allah, namun ibadah yang kita lakukan tidak pernah dicontohkan Nabi kita.

      Para pembaca yang budiman, kalau kita mau merenung dengan mendalam, merenung dengan hati dan pikiran yang jernih, Insya Allah kita akan mendapatkan ketenangan dalam beribadah yang sesuai dengan Sunnah. Kenapa begitu? Ya karena kita sudah melakukan hal yang benar. Siapapun kita, kalau sudah melakukan dosa atau kesalahan, pasti akan merasa gelisah. Walaupun yang kita lakukan hanya kesalahan kecil, hal itu tetap akan membekas di hati kita. Begitu pula sebaliknya, kalau kita sudah melakukan kebaikan dan kebenaran, Insya Allah hati kita akan tenang.

      Sama halnya dengan ibadah yang kita lakukan. Amal ibadah apapun yang kita lakukan selama ini, entah ibadah yang wajib ataupun yang sunnah (dianjurkan), kalau memang ada dalilnya, memang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, kita akan tenang saja melakukannya, walaupun kebanyakan orang yang belum tahu akan mengkritik. Namun jika ibadah yang kita lakukan selama ini tidak ada dalilnya, tentu hati kita akan merasa gelisah, walaupun kita melakukannya dengan ikhlas. Hati kecil kita yang gelisah akan selalu bertanya: “Apakah amal yang kita lakukan selama ini sudah benar? Apakah amal yang kita lakukan selama ini memang ada dasarnya dari Al-Quran dan As-Sunnah?”

      Karena itulah wahai saudara kami yang seiman, jika kita ingin amal ibadah kita baik dan benar, kita tidak perlu bingung atau repot. Kita tidak perlu bingung berpedoman pada kitab ini atau kitab itu, harus mengikuti pendapatnya ulama ini atau ulama itu, ustadz ini atau ustadz itu, kyai ini atau kyai itu. Kita cukup beribadah apa adanya, beribadah dengan ibadah yang sudah dicontohkan oleh Nabi kita yang mulia, Rasulullah Muhammad SAW. Jika kita sudah meninggalkan ibadah-ibadah yang tidak ada dasarnya, kemudian beribadah apa adanya, Insya Allah kita akan menemukan berbagai kemudahan dan kelonggaran. Kita akan sadar kalau ibadah dalam Islam itu mudah, walaupun kita juga tidak boleh menggampangkan atau meremehkan.

      Karena itulah wahai saudara kami yang seiman, mulai sekarang juga, marilah kita mengoreksi ibadah kita masing-masing. Marilah kita mengoreksi ibadah yang sudah kita lakukan selama ini. Mari kita datangi ulama, ustadz atau kyai yang ilmu agamanya benar-benar sudah mumpuni. Mari kita datangi ulama atau ustadz yang pemahamannya terhadap Al-Quran dan Al-Hadits benar-benar sudah lurus. Ulama seperti itulah yang akan menjadi penerang bagi kita yang masih berada dalam kegelapan.

      Lantas bagaimana dengan bentuk makam untuk saudara kita yang sudah menghadap Allah SWT? Bukankah itu juga termasuk ibadah yang harus kita perhatikan dalil-dalilnya? Benarkah pembangunan makam untuk saudara-saudara kita yang sudah meninggal sudah kita buat dengan benar? Benarkah Allah dan Rasul-Nya memang memerintahkan kita untuk membangun makam yang megah? Seperti makamnya Almarhum Ustadz Jefry Al-Bukhari, yang sampai menjadi gempar, juga makamnya para wali besar yang sering dikunjungi orang. Benarkah Nabi SAW memang menyuruh kita membangun makam, khususnya makam para agamawan yang dianggap orang sholeh, dengan semegah-megahnya? Insya Allah akan kami bahas di Bab: Makam yang Sesuai Sunnah. 

*****
bersambung ... BAB DUA

0 comments:

Post a Comment

 
;