Friday 13 March 2015

RENUNGAN | Jangan Berlebihan Menyanjung Uje

Bab Terakhir

RENUNGAN 


Ustadz Jefry Al-Bukhari rahimahullah memang jempolan. Beliau bisa dibilang sosok komplit. Sudah ganteng, ramah, murah senyum, suaranya bagus. Beliau bisa bergaul dengan siapapun. Itulah sebabnya beliau dijuluki ‘Ustadz Gaul.’ Setelah beliau pergi untuk selamanya, sebagian besar masyarakat Indonesia merasa kehilangan. Hingga kini mayoritas masyarakat Indonesia masih terus mengenangnya. Kharismanya mengalahkan beberapa orang besar yang pernah lahir di bumi Nusantara ini.

Kita lihat saja dulu atau kemarin-kemarin. Ketika Pak Nas (Abdul Haris Nasution), A.R Fakhrudin, Cak Nur (Nurcholis Majid), Gus Dur, Zainuddin MZ atau Taufik Kiemas wafat, beliau-beliau itu tidak terlalu dikenang oleh masyarakat kita. Selang waktu yang tidak lama setelah beliau-beliau itu meninggalkan kita untuk selamanya, masyarakat kita sudah melupakan mereka. Masyarakat kita juga menghormati dan mengenang mereka, namun bentuknya tidak se-fenomenal mengenang Ustadz Jefry. Kalau Zainudin MZ, Si Dai Sejuta Umat, ketika beliau wafat dulu, yang Penulis baca disurat kabar cuma tulisan berbunyi: ‘Dai Sejuta Umat diantar Sejuta Umat.’ Maksudnya di antar ke peristirahatan terakhir alias makam. Begitu pula dengan Habib Mundzir Al-Musawa, Habib yang meninggal beberapa bulan setelah Uje wafat. Beliau meninggal karena asma, dan beliau meninggal di usia yang sama dengan Uje, 40 tahun.

Beberapa hari atau beberapa bulan sebelum wafat, Habib Mundzir mengaku bermimpi bertemu Rasulullah Saw. Mudah-mudahan benar. Amin. Jenazah beliau juga diantar ribuan orang, dan menurut info dari teman Penulis yang Insya Allah terpercaya, sampai sekarang, yang mengunjungi makam beliau juga banyak, bahkan katanya makam beliau juga dibuat megah, tidak kalah megah dengan makam Uje. Walaupun begitu, kharisma beliau masih di bawah Uje. Buktinya, selang waktu yang relatif sebentar setelah beliau wafat, masyarakat kita sudah melupakan beliau. Subhanallah. Kharisma Uje benar-benar luar biasa. Bahkan mantan orang terkuat di negeri ini, Almarhum Presiden Soeharto sekalipun, ketika beliau dipanggil Allah pada Januari 2008 dulu, mayoritas masyarakat kita tidak heboh seperti saat Uje dipanggil Allah pada April 2013 yang lalu. Dengan demikian, kharisma Uje bisa dibilang lebih besar dari kharisma Abdul Haris Nasution, Gus Dur, Cak Nur, Taufik Kiemas, atau bahkan karismanya Presiden Soeharto, Presiden yang Insya Allah masih menjadi Presiden terbaik yang pernah memimpin negeri kita.*

*Catatan Kaki: Tentu ini hanya bagi sebagian besar masyarakat kita, khususnya bagi para fans beratnya Uje, tidak bagi semua orang, karena semua orang pasti punya tokoh idola sendiri-sendiri. Keunggulan kharisma atau wibawa seseorang tidak sepenuhnya dilihat dari kekondangan atau kepopulerannya di masyarakat.

Menurut info yang Penulis raih dari seorang teman, makam Pres. Suharto yang di Solo sekarang juga masih dikunjungi atau diziarahi orang, dan orang yang berkunjung itu sampai berjubel. Itu berarti masyarakat kita juga sangat menghormati dan mencintai ayah kandung Hutomo Mandala Putera (Tomy) itu. Namun hal itu tetap belum bisa menyamai penyanjungan masyarakat kita terhadap Uje. Setahu Penulis, yang bisa menandingi kharismanya Uje mungkin hanya Sri Sultan HB (Hamengku Buwono) ke 9. Ketika beliau wafat, Penulis masih kecil, kira-kira kelas 3-4 SD. Seingat Penulis, waktu itu masyarakat Indonesia cukup heboh, khususnya masyarakat Yogyakarta. Seingat Penulis, setelah Raden Mas Dorojatun atau Sri Sultan HB ke 9 wafat, mayoritas masyarakat Indonesia mengenangnya cukup lama, walaupun mungkin bentuknya tidak seperti mengenang Uje. Jadi, yang bisa menyamai kharismanya Uje mungkin hanya RM Dorojatun. Wallahu ‘alam. Hanya Allah SWT yang mengetahui segalanya.

Subhanallah. Allahu Akbar. Maha Suci Allah. Allah Maha Besar. Uje sungguh luar biasa. Uje sungguh istimewa. Dan sudah pasti keistimewaan yang dimiliki Uje itu anugerah Allah SWT. Namun kita juga harus tahu, kita juga harus sadar bahwa beliau tetap manusia biasa seperti kita. Yang namanya manusia, sehebat atau setakwa apapun, tetap bisa berbuat salah. Yang namanya manusia, sealim atau sesholeh apapun, tetap bisa berkata atau bertindak keliru. Ulama besar semacam Imam Al-Ghazali, Imam Syafi’i, Imam Nawawi, Syaikh Abdul Qadir Jailani, Ibnu Taimiyah, Ibnu Oayyim Al-Jauziah atau Ibnu Katsir saja bisa salah, apalagi cuma Ustadz Jefry Al-Bukhari.**

*Catatan Kaki: Kami mengatakan ‘Cuma Ustadz Jefry Al-Bukhari’ ini sama sekali tidak berniat merendahkan Almarhum Ustadz Gaul tersebut. Kami hanya berusaha menyampaikan kebenaran, bahwa manusia sehebat apapun, tetap bisa salah. Tidak ada manusia yang sempurna.

Jangankan Imam Al-Ghazali, Imam Syafi’i, Imam Ahmad atau Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, para sahabat yang mulia semacam Abdullah bin Mas’ud, Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Mu’adz bin Jabal atau Ubay bin Ka’ab saja masih mungkin keliru. Bahkan empat sahabat yang paling mulia, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bi Abi Thalib sekalipun masih mungkin berbuat salah. Hanya saja, kemungkinan mereka bersalah sangat kecil, sebab Rasulullah Saw sendiri yang menjamin kemuliaan mereka.

Dengan demikian, jika ada di antara kita yang berjuang keras menjadi orang sholeh atau yang bertakwa, nilai ketakwaannya tetap sangat jauh di bawah para Nabi dan Rasul. Jika ada di antara kita yang beribadah mati-matian, beribadah sangat rajin, nilainya tetap sangat jauh di bawah nilai ibadahnya Rasulullah Saw dan para Nabi. Jangankan menyamai amal ibadahnya Rasulullah Saw, dengan amal ibadahnya para sahabat saja kita kalah jauh. Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah Saw bersabda,

“Janganlah mencela sahabatku (beliau berkata dua kali)! Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, meskipun kalian menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, pahalanya tidak akan bisa menyamai sedekah mereka yang cuma satu mud, bahkan separuhnya pun tidak.”

Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhu juga bertutur, “Janganlah kalian mencela sahabat Muhammad Saw. Sesungguhnya amal perbuatan mereka yang cuma sesaat itu lebih baik dari pada amal ibadah salah seorang di antara kalian selama hidupnya.”

Karena itulah wahai Para Penggemar Uje, janganlah kalian menyanjung Uje berlebihan. Sanjunglah Ustadz Gaul itu sekedarnya saja, sebagaimana pesan Baginda kita yang berbunyi: “Cintailah atau bencilah sesuatu itu sekedarnya saja, karena bisa jadi sesuatu yang sangat kamu cintai atau kamu benci itu berubah keadaannya.” Maksudnya, berubah keadaannya menjadi terbalik. Awalnya sangat kita cintai, namun akhirnya menjadi sangat kita benci. Ya, kita menjadi benci karena kecewa, kecewa karena tahu yang sangat kita cintai itu punya kekurangan atau kelemahan.

Wahai Para Penggemar Uje, sadarkah engkau semua? Sadarkah engkau semua bahwa terlalu berlebihan menyanjung orang sholeh itu bisa menjerumuskan kita ke jurang kesyirikan? Jangankan Uje, para sahabat Nabi dan para ulama besar terdahulu saja tidak boleh kita sanjung berlebihan. Jangankan para sahabat yang mulia, para Nabi seperti Nabi Ibrahim, Nabi Musa atau Nabi Isa saja tidak boleh kita sanjung berlebihan. Jangankan Nabi Ibrahim atau Nabi Isa, Nabi besar kita, Baginda kita yang mulia, Nabi Muhammad Saw saja tidak boleh kita sanjung atau kita agungkan berlebihan. Beliau-beliau dengan segala kemuliaannya itu tidak boleh kita sanjung berlebihan, dan mereka sendiri juga tidak mau disanjung berlebihan. Wahai Para Fans-nya Ustadz Jefry Al-Bukhari, sadarkah kalian bahwa tujuan utama kita berziarah ke makam itu hanya ada dua? Yang Pertama, Mengingat kampung abadi atau akhirat. Yang Kedua, Mendoakan arwah saudara-saudara yang kita kunjungi itu, namun hanya saudara kita yang seiman. Berziarah ke makam siapa pun, entah makamnya orang kaya atau orang miskin, orang besar atau orang kecil, orang terhormat atau gembel, pejabat atau tukang becak, tujuan utama kita harus dua hal di atas. Jadi kalau di antara kita yang berziarah punya niat selain dua hal itu, berarti kita sudah menyimpang dari syariat.

Makanya itu, Penulis cukup kaget dan miris ketika mendengar info tentang para peziarah makam almarhum Ustadz Jefry. Menurut berita yang Insya Allah kuat kebenarannya, ada di antara peziarah makam Uje yang menjadikan makam Uje sebagai tempat pesugihan. Na’udzubillah. Mendengar berita yang menyesakkan dada ini, Kyai Haji Khalil Ridwan, ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia), berkomentar:

“Saya sebagai ketua MUI, mengimbau kepada masyarakat untuk tidak meminta-minta di kuburan. Meminta-minta di kuburan itu syirik. Orang yang sudah meninggal itu cukup kita doakan. Uje orang baik. Kita doakan beliau mendapat tempat yang tinggi/ mulia, dilapangkan kuburnya, dibebaskan dari siksa kubur, dan masuk surga. Amin.”

Dorce Gamalama, aktris dan presenter yang sedang meliris lagu ‘Selamat Jalan Uje,’ juga berkomentar:

“Kepergian Uje yang begitu mendadak itu bukan cuma mengagetkan saya, tapi juga seluruh masyarakat Indonesia. Sosok Uje berbeda dengan ustadz-ustadz terdahulu, seperti Almarhum K.H Zainudin MZ, Si Dai Sejuta Umat. Kalau mengikuti prosesi pemakamannya, mulai dari dimandikan, dikafani hingga disholati, semuanya berjalan lancar. Prosesi pemakamannya sempat terhambat karena jumlah takziyah yang membludak.”

Uje memang luar biasa. Disholatkan di Masjid Istiqlal, diantar ribuan orang. Subhanallah. Tapi sekarang masyarakat mulai mengambil tanah di makam Uje untuk dijadikan sesuatu. Tanah di makam Uje dianggap ‘istimewa.’ Kalau yang sudah begini namanya musyrik.”

Sebuah komentar yang sangat bagus. Sebuah komentar yang wajib kita jadikan pelajaran. Untungnya, menurut berita yang Penulis peroleh, yang menjadikan makam Uje sebagai tempat pesugihan baru segelintir orang, sedangkan mayoritas orang yang mengunjungi makam Uje Insya Allah hanya berniat mendoakan dan mengenang beliau. Walaupun demikian, kita tetap harus mewaspadai keadaan ini. Segelintir orang yang sudah musyrik itu lama-kelamaan bisa menjadi sebukit, bahkan segunung.

Soalnya Penulis juga mendengar berita tentang pemuliaan pohon tempat Uje kecelakaan. Pohon yang ditabrak Uje, yang akhirnya mengantarkan Uje ke akhirat, dielus, dibersihkan, kemudian diberi karangan bunga. Setelah itu ada segolongan orang yang mengkeramatkan pohon tersebut. Masya Allah! Astaghfirullahal ‘azhim! Kita memohon ampun kepada Allah, Tuhan Yang Maha Agung.

Dalam sebuah riwayat shahih diterangkan, ada sebuah pohon yang memiliki sejarah keimanan dan keislaman. Rasulullah Saw pernah membai’at para sahabat di bawah pohon itu, sehingga pohon itu diberi nama Bai’atul Ridhwan. Inilah pohon yang layak diagungkan atau dikeramatkan. Namun kenyataannya, Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu, salah seorang sahabat Nabi yang paling mulia, yang sudah dijamin masuk surga, menyuruh umatnya untuk menebang pohon tersebut. Hal itu agar umat Islam tidak berlaku syirik terhadap pohon Bai’atul Ridhwan.

Lihatlah wahai Pembaca yang budiman. Lihatlah ketegasan Umar bin Khattab dalam memberantas kesyirikan. Pohon yang memiliki sejarah Islam saja ditebang karena ditakutkan bisa dijadikan sesembahan, apalagi cuma pohon tempat Uje kecelakaan dengan moge (motor gedhe )-nya. Pohon yang bernilai sejarah Islam saja harus ditebang agar umat Islam terhindar dari kesyirikan, apalagi pohon tempat Uje dipanggil Allah, tentu lebih layak untuk dihancurkan. Namun sungguh ironis, pohon yang ditabrak Uje itu sudah dikeramatkan oleh sebagian masyarakat kita. Na’udzubillahi min dzalik.

Para Pembaca yang budiman, dalam sebuah riwayat shahih diterangkan, ludahnya junjungan besar kita, Nabi Muhammad Saw itu bisa menyembuhkan luka atau sakitnya seseorang. Dalam sebuah riwayat diterangkan, Nabi Saw pernah meludahi mata Ali bin Abi Thalib yang sedang sakit, setelah itu mata Ali Radhiyallahu ‘Anhu sembuh. Maha Besar Allah. Inilah salah satu tanda kenabian Nabi Saw. Namun yang bisa melakukan itu hanya Muhammad Saw, sedangkan para Nabi yang lain, sampai sekarang tidak ditemukan riwayat yang menerangkan hal itu.

Namun anehnya, ada segolongan dari kita yang menganggap Kyai atau Ustadz-nya bisa melakukan keistimewaan itu. Dalam sebuah kisah diterangkan, ketika jamaah Islam Tradisional menggelar pengajian, kyai yang menceramahi mereka meminum teh atau kopi. Setelah itu para jamaah pengajian berebut teh atau kopi bekas minumannya si kyai. Mereka bermaksud tabarruk atau mencari berkah dari bekas minuman kyai besar mereka. Na’udzubillahi min dzalik. Kita berlindung kepada Allah dari hal-hal buruk seperti itu.

Tentu yang seperti itu jelas sudah syirik. Mereka menganggap ustadz atau kyai mereka memiliki karamah atau keistimewaan, bahkan kekeramatan. Padahal para sahabat yang mulia, sebut saja Abdullah bin Mas’ud, yang nilai ketakwaannya sangat jauh di atas kita, tidak ditemukan riwayat yang menerangkan beliau bisa melakukan itu, apalagi cuma kyai-nya Islam Tradisional. Di sebuah riwayat shahih, Nabi Saw menjelaskan bahwa Abu Bakar itu manusia terbaik setelah para Nabi ‘Alahissalam. Dari seluruh kaum Muslimin, Abu Bakar Ash-Shiddiq itu manusia yang keimanan dan ketakwaannya paling sempurna. Jadi kalau ada orang biasa yang ludah atau air liurnya bisa begini atau begitu, Abu Bakar-lah yang mampu melakukan itu.

Wahai Para Penggemar Uje, khususnya bagi mereka yang masih berziarah ke makam beliau, kami meminta kepada anda semua untuk mengoreksi niat utama anda berziarah ke makam suaminya Pipik Dian Irawati itu. Renungkanlah niat anda. Luruskanlah niat anda. Benarkah anda berziarah ke makam Uje hanya untuk mendoakan ustadz ganteng bersuara indah itu? kalau memang hanya untuk itu, syukur Alhamdulillah, tapi kalau lebih dari itu, atau ada niat yang lain, tinggalkanlah mulai sekarang.

Kepada siapa pun yang sudah memberi foto Uje di atas makamnya, lebih baik segera diambil. Seperti yang sudah kita bahas di depan, makam yang sesuai Sunnah itu justru yang bentuknya sederhana saja, sebagaimana yang sudah dipesankan Uje kepada Pipik. Ketahuilah wahai Para Peziarah makam Uje, makam yang di atasnya ada foto si pemilik makam itu menyerupai bentuk makamnya Non Muslim. Rasul Saw telah mengingatkan kita, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk di dalamnya (sama dengan kaum yang ia tiru itu).”

Kepada siapa pun yang sudah mengambil tanah di pemakaman Uje, yang maksudnya untuk mendapat keistimewaan dari tanah tersebut, kami mohon untuk meninggalkannya sekarang juga. Itu jika yang bersangkutan tidak ingin terjerumus ke dalam syirik yang bentuknya halus. Namun kalau niatnya mengambil tanah sekedar untuk keperluan duniawi yang lain, bukan karena dianggap mengandung berkah, ya no problem.

Kepada siapa pun yang sudah menjadikan pohon tempat Uje kecelakaan sebagai pohon keramat atau pohon yang dimuliakan, kami mohon untuk meninggalkannya sekarang juga. Kalau perlu pohon itu ditebang atau dihancurkan. Itu jika sebagian dari kita masih menganggap pohon itu pohon sakti, pohon berkah atau pohon keramat. Pokoknya kita berusaha semaksimal mungkin untuk menutup pintu-pintu kesyirikan.

Wahai Para Penggemar Ustadz Jefry, janganlah anda semua berlebihan dalam menyanjung Ustadz Jefry. Sanjunglah beliau sekedarnya saja, sebagaimana yang diperintahkan Nabi kita. Sanjunglah beliau sekedarnya saja, karena beliau sendiri tidak ingin disanjung berlebihan. Sekarang beliau sudah menghadap Allah SWT dengan tenang. Insya Allah beliau Husnul Khatimah karena beliau meninggal pada hari Jumat dini hari. Hari Jumat itu hari terbaik karena hari suci. Rasulullah Saw bersabda,

“Seorang Muslim yang wafat pada hari Jumat atau malam Jumat akan dilindungi Allah dari siksa kubur.”

Betul sekali apa yang sudah dikatakan Ustadz Khalil Ridwan di atas. Ketua MUI itu berpesan, ‘Orang yang sudah meninggal itu cukup kita doakan.’ Dengan demikian, hal terbaik yang harus kita lakukan sekarang ini hanya mendoakan arwah Ustadz Jefry Al-Bukhari. Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah beliau selama ini, termasuk yang sering kita lihat di layar kaca, dimana beliau sering memberi tausiyah atau nasehat, dan mengampuni semua dosa beliau, dan menempatkan beliau ke tempat yang mulia di sisi-Nya. Amin. Untuk keluarganya yang ditinggal, terutama sang istri tercinta, Mbak atau Ustadzah atau Umi Pipik Dian Irawati, juga keempat buah hatinya, semoga diberi keikhlasan dan ketegaran jiwa oleh Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Amin ya Rabbal ‘Aalamiin.

Demikianlah naskah singkat tentang ‘Jangan Berlebihan Menyanjung Orang Sholeh,’ dan orang sholeh di sini termasuk Ustadz Gaul kita, Ustadz Jefry Al-Bukhari Rahimahullah. Sekali lagi Penulis sampaikan kepada Para Pembaca yang Budiman, kritik dan saran dari pihak manapun selalu Penulis tunggu. Semoga naskah yang sangat banyak kekuarangannya ini bermanfaat untuk kita semua, baik bermanfaat di dunia maupun di akhirat kelak. Amin.

SELESAI


Alhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin.

Jadilah naskah ini atas ijin Allah SWT. 

Yogyakarta, 14 November-9 Desember 2013

Referensi:

  1. Syarah Riyadush Shalihin-Imam Nawawi, karya Syaikh Shalih Al-Utsaimin.
  2. Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah, karya Syaikh Nashiruddin Al-Bani.
  3. Mayat-Mayat CINTA, karya Amr bin Suroif Al-Indunisy. 
  4. Majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun XII, Mei 2008, Bab Memuliakan Sahabat Nabi, oleh Ust. Abu Ihsan Al-Atsari. 
  5. Buletin At-Tauhid Bab Kyai Merangkap Tuhan? Oleh Abu Muslih Ari Wahyudi.
  6. Buletin At-Tauhid Bab Memberhalakan Orang Sholeh, oleh Ndaru Tri Utomo. 
  7. Fikih Hiburan, karya Dr. Yusuf Qardhawi.
  8. Majalah Hidayah Edisi 47, Juni 2005, Bab Ghuluw, oleh Sri Indriana.
  9. Majalah C & R-Mingguan Berita Selebriti. Judul: Menantu vs Mertua (Pipik Dian Irawati dan Umi Tatu Mulyana), Bab Kisruh Makam Uje.
  10. Majalah Nyata. Judul: Pipik Dian Irawati, Jawab Kedekatannya dengan Ustadz M, Bab Dia Menjadi yang Terakhir untuk Saya.




Harry Puter
Keterangan: Nama asli Penulis: Harry Prabowo.

Dijuluki Harry Puter karena muter-muter cari penerbit buku dan pekerjaan. Muter-muter karena ditolak-tolak.

Terima kasih.

HP: 081328256428

0 comments:

Post a Comment

 
;